Kita ketahui bersama bahwa salah satu kunci keberhasilan usaha peternakan adalah dengan menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik. Selama ini usaha beternak ayam kampung dianggap sebagai usaha sambilan saja sehingga cara pemeliharaan pun ala kadarnya dan masih sangat sederhana. Padahal tidak mustahil kalau usaha beternak ayam kampung kita usahakan secara serius akan dapat dijadikan sumber panghasilan utama. Kalau kita membaca media elektronik seperti majalah, surat kabar, televisi, dan radio, ternyata sudah banyak contoh peternak yang sukses dalam bidang usaha ayam kampung. Keberhasilan mereka tidak luput dari seberapa serius mereka berusaha menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik dan benar.
Akan tetapi sangat disayangkan, banyak dari masyakarat kita yang kurang atau tidak mengerti model pemeliharaan ayam kampung sehingga tujuan pemeliharaan tidak terarah. Ketidakmengertian masyarakat bisa disebabkan oleh memang belum sampainya informasi atau pengetahuan cara beternak yang baik dan bisa juga karena sikap enggan untuk mengubah pola beternak yang sudah mendarah daging dan menjadi warisan nenek moyang. Untuk itulah, kami sengaja menulis artikel ini sebagai bahan pengetahuan baru, perbandingan dan akhirnya bisa sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan pola pemeliharaan ayam kampung yang nantinya akan diterapkan.
Disebut juga cara beternak secara bebas atau umbaran. Dikatakan demikian karena induk jantan dan betina dibiarkan hidup bebas berkeliaran sedangkan anak ayam yang belum kuat dipelihara di dalam kandang atau kurungan. Model cara pemeliharaan seperti ini mengharuskan ayam untuk mencari pakan sendiri. Kalaupun si empunya ternak memberi pakan itupun sesekali saja dan sebatas pakan ala kadarnya seperti dedak, dedaunan, nasi kering, dan limbah sisa dapur.
Pola pemeliharaan seperti ini banyak kita jumpai di lingkungan pedesaan. Beberapa alas an yang mendasari antara lain belum sampainya pengetahuan kepada sebagian masyarakat tentang model pemeliharaan lainnya dan didukung pula oleh lingkungan seperti pekarangan rumah atau areal persawahan yang masih luas. Pola ini memiliki sisi kelemahan antara lain : kesulitan dalam hal kontrol penyakit, keamanan yang kurang seperti ayam mudah tertabrak kendaraan, dicuri atau dimangsa binatang liar, tingkat produksi masih sangat rendah, tingkat kematian yang cukup tinggi (tanpa dilakukan vaksinasi).
Tingkat reproduksi ayam yang dipelihara dengan model ini paling sekitar 3 siklus, dengan produksi telur masih sekitar 40-50 an butir/tahun. Mengapa rendah? Karena proses reproduksi ayam masih sangat tergantung pada naluri induk ayam untuk melepas atau menyapih anak sebelum tiba saat bertelur kembali. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 120 an hari per siklus dengan rincian sebagai berikut : 20 hari masa bertelur, 21 hari masa mengeram, 60 hari masa mengasuh anak, dan 20 hari masa istirahat.
Saran kami untuk peternak yang hanya mampu menerapkan pola pemeliharaan ini adalah dengan membuat pagar keliling, melakukan seleksi calon indukan, memberikan pakan tambahan, menjaga kebersihan lingkungan, dan melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
Pada pola pemeliharaan ini pakan sudah diberikan oleh si empunya ternak meskipun hanya sekitar 50-80% dari total kebutuhan konsumsi ayam. Pakan diberikan secara teratur, biasanya terdiri dari campuran pakan buatan pabrik (concentrate) dan dedak dengan perbandingan 1:4. Kekurangan zat nutrisi akan dipenuhi oleh ayam sendiri yaitu dengan mencari pakan tambahan di sekitar kandang.
Siklus reproduksi pada pola pemeliharaan ini semakin pendek karena si empunya ternak turut membantu yaitu dengan membatasi waktu mengasuh anak. Caranya yaitu induk betina tetap dibiarkan mengerami telurnya sedang waktu penyapihan anak bisa fleksibel yaitu anak ayam setelah menetas langsung di sapih atau menunggu umur 1-2 bulan baru di sapih. Dengan demikian kita akan mendapatkan siklus reproduksinya sekitar 4-6 kali siklus.
Saran kami untuk peternak yang hanya mampu menerapkan pola pemeliharaan ini adalah dengan melakukan seleksi calon induk, memberikan pakan tambahan dalam jumlah dan mutu yang cukup, menjaga kebersihan kandang, dan melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
Siklus reproduksi pada model ini semakin dipersempit karena induk ayam tidak dibiarkan mengerami telurnya apalagi mengasuh anak. Induk ayam difungsikan sebagai penghasil telur saja baik telur konsumsi atau telur tetas. Kalau yang dihasilkan adalah telur tetas maka pengeramannya diserahkan kepada ternak lain atau dengan bantuan mesin penetas telur. Anak hasil tetasan dipelihara di kandang terpisah. Sehingga siklus reproduksinya bisa 7-11 kali dengan jumlah produksi telur sekitar 90-130 butir/tahun.
Yang perlu mendapat perhatian adalah kemampuan produksi dari induk ayam. Apabila ayam sudah menurun produktivitas telurnya sebaiknya segera diganti dengan induk yang baru. Begitu juga masalah masa bertelur kembali untuk induk sangat bergantung pada manajemen pemeliharaan terutama soal kualitas dan kuantitas pakan.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sumber: www.sentralternak.com
Terima kasih sudah mengunjungi blog Ayam Kampung Super ini
Akan tetapi sangat disayangkan, banyak dari masyakarat kita yang kurang atau tidak mengerti model pemeliharaan ayam kampung sehingga tujuan pemeliharaan tidak terarah. Ketidakmengertian masyarakat bisa disebabkan oleh memang belum sampainya informasi atau pengetahuan cara beternak yang baik dan bisa juga karena sikap enggan untuk mengubah pola beternak yang sudah mendarah daging dan menjadi warisan nenek moyang. Untuk itulah, kami sengaja menulis artikel ini sebagai bahan pengetahuan baru, perbandingan dan akhirnya bisa sebagai suatu pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan pola pemeliharaan ayam kampung yang nantinya akan diterapkan.
Beternak secara ekstensif
Gambar dari Google Images |
Pola pemeliharaan seperti ini banyak kita jumpai di lingkungan pedesaan. Beberapa alas an yang mendasari antara lain belum sampainya pengetahuan kepada sebagian masyarakat tentang model pemeliharaan lainnya dan didukung pula oleh lingkungan seperti pekarangan rumah atau areal persawahan yang masih luas. Pola ini memiliki sisi kelemahan antara lain : kesulitan dalam hal kontrol penyakit, keamanan yang kurang seperti ayam mudah tertabrak kendaraan, dicuri atau dimangsa binatang liar, tingkat produksi masih sangat rendah, tingkat kematian yang cukup tinggi (tanpa dilakukan vaksinasi).
Tingkat reproduksi ayam yang dipelihara dengan model ini paling sekitar 3 siklus, dengan produksi telur masih sekitar 40-50 an butir/tahun. Mengapa rendah? Karena proses reproduksi ayam masih sangat tergantung pada naluri induk ayam untuk melepas atau menyapih anak sebelum tiba saat bertelur kembali. Rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 120 an hari per siklus dengan rincian sebagai berikut : 20 hari masa bertelur, 21 hari masa mengeram, 60 hari masa mengasuh anak, dan 20 hari masa istirahat.
Saran kami untuk peternak yang hanya mampu menerapkan pola pemeliharaan ini adalah dengan membuat pagar keliling, melakukan seleksi calon indukan, memberikan pakan tambahan, menjaga kebersihan lingkungan, dan melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
Beternak secara Semi Intensif
Cara ini adalah cara pertengahan antara cara beternak secara ekstensif dan intensif, yaitu induk jantan dan betina di pelihara bersama dalam satu kandang ren. Anak ayam yang belum kuat dipelihara dalam kandang atau kurungan. Kandang ini memiliki halaman yang cukup luas serta berpagar keliling yang berfungsi agar mudah untuk mengontrol ayam, tidak merusak/memakan tanaman tetangga, atau mati karena memakan pakan misalnya dedaunan yang disemprot pestisida atau pakan yang sengaja di beri racun oleh orang lain. Kandang juga sudah dilengkapi dengan tempat pakan, minum dan sarang untuk bertelur meskipun dari bahan ala kadarnya. Ayam masih dibiarkan bebas berkeliaran akan tetapi sudah terbatas sehingga masih memungkin untuk ayam mencari pakan tambahan berupa dedaunan atau binatang kecil (cacing, ulat, rayap, jangkrik) yang terdapat disekitarnya.Pada pola pemeliharaan ini pakan sudah diberikan oleh si empunya ternak meskipun hanya sekitar 50-80% dari total kebutuhan konsumsi ayam. Pakan diberikan secara teratur, biasanya terdiri dari campuran pakan buatan pabrik (concentrate) dan dedak dengan perbandingan 1:4. Kekurangan zat nutrisi akan dipenuhi oleh ayam sendiri yaitu dengan mencari pakan tambahan di sekitar kandang.
Siklus reproduksi pada pola pemeliharaan ini semakin pendek karena si empunya ternak turut membantu yaitu dengan membatasi waktu mengasuh anak. Caranya yaitu induk betina tetap dibiarkan mengerami telurnya sedang waktu penyapihan anak bisa fleksibel yaitu anak ayam setelah menetas langsung di sapih atau menunggu umur 1-2 bulan baru di sapih. Dengan demikian kita akan mendapatkan siklus reproduksinya sekitar 4-6 kali siklus.
Saran kami untuk peternak yang hanya mampu menerapkan pola pemeliharaan ini adalah dengan melakukan seleksi calon induk, memberikan pakan tambahan dalam jumlah dan mutu yang cukup, menjaga kebersihan kandang, dan melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit.
Beternak secara Intensif
Untuk memudahkan pengertian beternak secara intensif, kita bisa membayangkan pola pemeliharaan yang diterapkan pada ayam pedaging (broiler). Intinya yaitu ayam di dipelihara di dalam kandang secara terus menerus sehingga kebutuhan ayam seperti pakan dan minum mutlak kita yang menyediakan. Manajemen pemeliharaan pada pola pemeliharaan ini harus benar-benar diatur dengan baik untuk menjaga agar ayam tetap sehat, produktif dan jauh dari ancaman penyakit. Untuk menerapkan model pemeliharaan seperti ini dibutuhkan modal yang cukup besar terutama untuk biaya pembangunan kandang. Oleh karenanya kami menyarankan untuk berpikir matang-matang terutama masalah target produksi yang jelas kalau kita akan menerapkan model pemeliharaan seperti ini.Siklus reproduksi pada model ini semakin dipersempit karena induk ayam tidak dibiarkan mengerami telurnya apalagi mengasuh anak. Induk ayam difungsikan sebagai penghasil telur saja baik telur konsumsi atau telur tetas. Kalau yang dihasilkan adalah telur tetas maka pengeramannya diserahkan kepada ternak lain atau dengan bantuan mesin penetas telur. Anak hasil tetasan dipelihara di kandang terpisah. Sehingga siklus reproduksinya bisa 7-11 kali dengan jumlah produksi telur sekitar 90-130 butir/tahun.
Yang perlu mendapat perhatian adalah kemampuan produksi dari induk ayam. Apabila ayam sudah menurun produktivitas telurnya sebaiknya segera diganti dengan induk yang baru. Begitu juga masalah masa bertelur kembali untuk induk sangat bergantung pada manajemen pemeliharaan terutama soal kualitas dan kuantitas pakan.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sumber: www.sentralternak.com
Terima kasih sudah mengunjungi blog Ayam Kampung Super ini
Semiga informasi yang ada bisa bermafaat
0 komentar:
Posting Komentar